Papua, aku mencoba berdamai dengan gunungan
kecamuk yang bergelayut di derai tawa tumpukan orang-orang dalam pondokan putih
beratap seng birumu. Dari keramaian ini, aku dibisingi keyakinan semu. Mungkin juga, itu kebisingan tentangku. Aku pun tak pernah payah dalam gejola yang mereka
buat. Tak pernah ingin tahu. Sesaat
rindu lebih menyentak memberantakkan dimensi waktu. Beberapa sedu sendan
kuanggap hilang. Lalu entah berapa harap yang telah kubuang.