Udara sekitar masih terasa seperti sangkar dan aku masih selalu
bertaruh untuk menang dari segala bentuk kamuflase. Semua angin seakan
menyadarkan bahwa kemana pun tempatnya aku mengejar pelangi, aku tetap pada
satu duka yang tertunda. Di sini, di kota yang tak pernah aku impikan, aku mencoba
melewatkannya sendirian. Aku butuh memadamkan asa. Jika sendirian seperti ini,
aku tidak bisa membenci, hatiku terlalu kelam untuk tak perduli. Seperti yang
pernah ku katakan sebelumnya, terlalu sok humanis.
Aku berusaha menggunakan waktu untuk meninggalkan kesusahanku.
Melatih rasa maluku, membuang ketakutanku, mencari banyak hal yang pantas
kudapatkan namun tetap berpegang kendali. Dan terkadang mereka menghentikan
kecemasanku. Beberapa dari mereka ku panggil Ms. Aku sendiri mencoba menolong
diriku dari rasa keterasingan, mungkin banyak yang tidak menyadari ini.
Seperti biasa, aku membagi waktu untuk berbagi telinga. Aku banyak
mendengarkan cerita mereka yang bergelora. Aku tak pernah menyatakan diri
sebagai orang suci, namun semua memberi kenyamanan kecuali diriku sendiri.
Entah kenapa aku tidak kerasan tinggal di sini. Aku tak bisa merusak yang tak
ada, meski kepada mereka senyumku tergurat.
Bagaimana pun aku tak ingin melaggar janji yang telah kubuat.
Selamat bertaruh :)
No comments:
Post a Comment