Thursday, 26 May 2016

Dogma Romansa Muda

Dalam tempa malam di kamar penuh gulita. Meredakan kecemasan. Inilah nasip anak manusia yang tak memiliki mantra mengikat rasa.  Pada bantal yang diam saya mengendus haru, membuat genangan yang melunglai. Pecahnya tangis pertama malam ini menyeringak menabur malu pada cermin rupa diri.

Ditengah jemuku yang kian lama tak tahu-menahu alasan kerinduan pada seorang kekasih yang telah mati. Pada dogma yang santun beromansa kerinduan, saya lesatkan peluru pada kepala-kepala boneka babi di atas meja telivisi. Namun yang saya dapatkan hanya termangu di sisi ranjang melalang buana sendiri.

Saya rindukan pulang ke masa kecil; ketika Ibu dan Ayah menjadi Tuhan di rumah, ketika norma-norma adil dalam hal benci dan cinta. Sungguh berbeda dengan ini yang saya lakukan hanya bertanya-tanya atas apa yang pantas dirindukan. Apa yang salah dengan saya? Mencintai dan menanti kekasih yang tak tergapai lagi. Tak akan saya tempuh lamanya hidup mengharukan.

No comments:

Post a Comment