Friday, 25 December 2015

PENYEBRANGAN

Hari ini, 24 Desember 2015, seperti biasa para jema'at  Jessus merayakan hari kelahiran sang figur yang berhasil dikontruksikan menjadi “Tuhan”. Untuk kesekian kalinya ucapan selamat ku kirimkan melalui pesan untuk sahabatku, Claudya, Eyang tersayang, dan saudara-saudara yang merayakan.  Aku tidak turut ikut dalam euphoria, sebab keyakinan kami berbeda. Saling menghargai merupakan esensi yang masih dapat kami terapka sebab nasip manusia akan terus menjadi  pertanyaan, membara di dalam konteks dan ruang waktu yang berbeda.

Pintu pembebasan jiwa masih sangat terbuka. Entalah sampai mana kini pencapaian yang kuusahakan. Zaman terus bergeser dengan gaya silih berganti. Semua meninggalkan jejak yang akan terkenang nanti, entah pada apa pun itu. Ditengah lelahnya raga aku sibuk membaca masa, tanpa tegang dan terus berkaca agar penuh penyadaran atas tindak tanduk diri yang telah terlanjur padanya. Aku harus banyak belajar dari potensi yang ada di tengah keterbatasan kemampuan.

Seperti hari ini, ketidak mampuanku mempertahankan satu dari yang telah menjadi bagian bisikanku pada setiap malam. Rasa kecewa, kesal dan sedih pastilah ada, sebesar apa pun rasa itu, semua akan tetap berjalan, semua akan terbiasa. Ini bukan sebuah perpisahan namun ini awal perjumpaan. Bersama cerita baru dan semangat yang terus diperbaiki, aku percaya bahwa aku masih memiliki diri yang slalu setianasibku.

Bagaimanapun juga, jangan banyak berharap pada siapa dan apa.

Hadirnya aral tak boleh jadi penyebab keluh kesah. Sebab itu aku tak banyak mendengar alasan untuk mereka yang ingin pergi. Sedikit kesal dengan raut di muka yang mengatas namakan banyak hal sebagai alasan. Itu hanya akan mengusik ingatan saat ia telah benar-benar pergi. Harapanku sederhana (sederhana diucapkan), berdampingan bersama benih yang siap bertahan. Biar ini menjadi pelajaran, bahwasanya 10% otakku harus berfungsi dengan maksimal. Berpikir secara rasional supaya tidak dibutakan oleh ketakutan. Biar rindu, biar lara, apalah arti rasa yang hanya sementara.

Sudah waktunya perempuan diujung tanduk ini disadarkan setumpuk kewajiban yang tak kujung terselesaikan . Meski sedikit terlambat menyadari, semoga harapan akan masa depan masih terbuka lebar. Usah  mempertanyakan banyak hal, cukup berjalan dan jangan lupa untuk terus bersyukur.

I think I got stuck in this place somehow.

No comments:

Post a Comment