Hari ke-4 KKN:
Sentuhan pada mata-mata di sini
telah membantu saya untuk menemukan identitas saya kembali. Hal ini menjadi
tanda bahwa diri saya masih berfungsi. Untungnya sebuah pengalan dapat membuat
saya mengerti sesuatu dengan lebih jernih tentang apa yang terjadi dan melatih
kepekaan saya.
Di depan rumah, tempat yang saya
tinggali di suguhi perjuangan yang takkan usai. Ada hutan dan beberapa kilo
meter berikutnya adalah batas negara. Kemarin saya sibuk mengurus derita
perasaan saya, dan seperti sengaja Tuhan menyisakan ruang untuk saya. Sekarang
saya memiliki perjalanan yang menajubkan.
Bulan-bulan yang lalu, saya
begitu haru menantikan masa-masa kebabasan. Saya begitu merindukan perjalanan
dan perjuangan. Saya mempercayai; manusia terbaik banyak dilahirkan
dari sebuah perjuangan. Akhirnya kini nurani tergantung pasrah di tapal batas,
Papua Timur. Dan saat ini yang kugenggam adalah senyum semangat dari
putra-putri bangsa ujung Timur.
Setiap sore di ujung jalan utama
menuju rumah sementara saya terdapat sebuah pasar kecil yang diisi beberapa
kepala saja. Maka tidak juga banyak pembeli yang datang. Beberapa hasil ladang
dijajakan. Beralaskan karung gondi; pisang, ubi dan pinang dijajakan. Dan harap
mereka melalang buana menanti rupiah datang.
Ada banyak hal yang saya temui
dari perjalanan ini, termasuk si bolang yang setiap sore mencari perhatian di
rumah penginapan kami. Sore tadi kami menari bersama di atas kecerian. Seakan
melahap segala prasangka atas identitas suku dalam yang sudah mengisi penuh
kepala saya.
No comments:
Post a Comment