Friday, 24 June 2016

Sang Kawan di Tapal Batas

Hari ke-4 KKN:

Sentuhan pada mata-mata di sini telah membantu saya untuk menemukan identitas saya kembali. Hal ini menjadi tanda bahwa diri saya masih berfungsi. Untungnya sebuah pengalan dapat membuat saya mengerti sesuatu dengan lebih jernih tentang apa yang terjadi dan melatih kepekaan saya.

Di depan rumah, tempat yang saya tinggali di suguhi perjuangan yang takkan usai. Ada hutan dan beberapa kilo meter berikutnya adalah batas negara. Kemarin saya sibuk mengurus derita perasaan saya, dan seperti sengaja Tuhan menyisakan ruang untuk saya. Sekarang saya memiliki perjalanan yang menajubkan.

Bulan-bulan yang lalu, saya begitu haru menantikan masa-masa kebabasan. Saya begitu merindukan perjalanan dan perjuangan. Saya mempercayai; manusia terbaik  banyak dilahirkan dari sebuah perjuangan. Akhirnya kini nurani tergantung pasrah di tapal batas, Papua Timur.  Dan saat ini yang kugenggam adalah senyum semangat dari putra-putri bangsa ujung Timur.

Setiap sore di ujung jalan utama menuju rumah sementara saya terdapat sebuah pasar kecil yang diisi beberapa kepala saja. Maka tidak juga banyak pembeli yang datang. Beberapa hasil ladang dijajakan. Beralaskan karung gondi; pisang, ubi dan pinang dijajakan. Dan harap mereka melalang buana menanti rupiah datang.


Ada banyak hal yang saya temui dari perjalanan ini, termasuk si bolang yang setiap sore mencari perhatian di rumah penginapan kami. Sore tadi kami menari bersama di atas kecerian. Seakan melahap segala prasangka atas identitas suku dalam yang sudah mengisi penuh kepala saya.

No comments:

Post a Comment