Malam mengepakkan sayap-sayap hitamnya,
kesunyian melanda, sementara kehidupan masih merana di kota orang. Lampu-lampu
dipadamkan pemilik kamar, bulan mencurahkan pendar cahaya kuningnya ke atas
pucuk pandang di sekitar mata yang luas bak sedang berada di tengah lautan
emas. Harapan itu kembali datang, besar bagai raksasa dalam keheningan putri
malam. Saat itu, tatkala penduduk hanyut dalam malam, matamu datang
dengan tajam di rumpun salam.
Mata-mata itu
menyalakan setanggi jiwaku, memasuki kuil istar pikiranku. Dengan suara sayat
dan tersendat aku meramumu, tengoklah hatiku hancur luluh dan jiwaku merana. Dari
lubuk jiwaku aku meratap padamu, ungkapkan rahasia dan kearifanmu.
No comments:
Post a Comment